Selasa, 11 November 2014

Dampak Pengasuhan Orangtua Otoriter terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia 6-12 Tahun (Yanosta 705140069)



Latar Belakang Masalah
      Banyak orangtua yang masih menganut sistem asuh anak dengan cara orangtua mereka sebelumnya. Masih banyak orangtua yang membentuk anaknya sesuai dengan kemauan dirinya, tanpa melihat potensi dan minat anaknya. Sehingga dapat menyia-nyiakan kemampuan anak tersebut.
     Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya untuk sukses. Terdapat banyak cara untuk mencapai tujuannya tersebut. Namun, ada cara-cara yang tidak baik sehingga terdapat akibat buruk dari cara tersebut (Gunarsa & Gunarsa, 1995).
    Ambron (dikutip dalam Yusuf, 2000, h. 23) mengatakan “sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif”. Jadi sosialisasi itu adalah proses pembelajaran kepribadian sosial sehingga dapat diterima di masyarakat. Sebab, setiap individu membutuhkan sesama untuk kelangsungan hidupnya.
     Menurut Loree (dikutip dalam Santoso et al., 2014, p. 4) ”sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya”.
     Menurut Baraja (2005, h. 203) “Titik pusat perkembangan sosial pada individu karena adanya hubungan dan interaksi yang terjadi antara dirinya (anak) dengan orang lain”. Jadi, setiap orang membutuhkan hubungan dan interaksi agar seorang individu (anak) dapat berkembang. Tentunya, setiap anak diharapkan berkembang menjadi individu yang baik.
     Namun berkembangnya suatu individu sangat dipengaruhi oleh peran dari keluarga yaitu orangtua. Bagi orangtua yang menganut sistem asuh otoriter. Setiap anaknya akan di bentuk sesuai dengan apa yang ia inginkan, bukan berdasarkan apa yang anak inginkan dan anak mampu.

Jenis-Jenis Tipe Pengasuhan
     Terdapat beberapa jenis tipe pengasuhan menurut Baumrind (2012) yaitu, (a)authoritarian parenting, (b) authoritative parenting, (c) neglectful parenting, dan (d)permissive parenting. Pengertian authoritarian parenting menurut King (2014) “A restrictive, punitive style in which the parent exhorts the child to follow the parent’s directions”. Jadi dalam authoritarian parenting, orang tua “memaksa” anak untuk selalu mengikuti aturan atau perintah dari mereka tanpa memberikan kebebasan seorang anak untuk memilih jalannya sendiri.
     Pengertian authoritative parenting menurut King (2014) “A parenting style that encourages the child to be independent but that still places limits and controls on behavior”. Dalam pola asuh ini, seorang anak sudah diberikan kebebasan, namun orang tua masih mengontrol perilaku mereka.
     Pengertian neglectful parenting menurut King (2014) “A parenting style characterized by a lack of parental involvement in the child’s life”. Dalam pola asuhneglectful ini, orangtua tidak terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya. Orangtua terlihat lebih cuek dengan perkembangan anaknya sendiri.
     Pengertian permissive parenting menurut King (2014) “A parenting style characterized by the placement of few limits on the child’s behavior”. Dalam pola asuh ini, seorang anak banyak diberi kebebasan dan dengan control yang sangat sedikit dari orangtua mereka.

Perkembangan Psikososial Anak Usia 6-12 Tahun
     “Memahami perkembangan psikososial anak” (2014) mengatakan psikososialmeliputi perubahan dan stabilitas dalam kepribadian dan hubungan sosial seseorang." Jadi, perkembangan psikososial itu merupakan perubahan dan stabilitas serta hubungan anak tersebut dengan sesamanya. Setiap manusia adalah makhluk sosial.
    Pada anak-anak usia 6-12 tahun, anak-anak sedang menempuh sekolah pendidikan dasar. Mereka biasanya mempunyai beberapa teman dan beberapa musuh. Bagi anak-anak SD akhir, mereka biasanya menghabiskan waktu dengan pergi jalan-jalan ke mall dan menginap di rumah teman (“Memahami perkembangan psikososial anak”, 2014).

Dampak dari Pola Asuh Otoriter
     Dampak positif. Dampak positive dari pengasuhan otoriter yaitu anak menjadi seorang yang patuh. Seorang anak akan mendengarkan setiap perintah yang diberikan oleh orangtuanya (Muljono, 2014). Bagi seorang anak yang sudah biasa diperintah, maka ia akan mudah untuk mengikuti setiap aturan dan perintah yang diberikan oleh orang lain.
     Dampak negatif. Dampak negatif dari pola asuh otoriter, yaitu (a) tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak, (b) takut salah, (c) tidak mempunyai kekuatan untuk memilih, (d) tidak bisa mengambil keputusan sendiri, dan (e) takut berbicara/mengungkapkan pendapat (Muljono, 2014). Setiap anak yang yang sudah terbiasa diperintah tanpa bisa memilih jalannya sendiri akan menjadi seorang yang tidak bisa menentukan tujuan hidupnya sendiri.
   
Dampak Pola Asuh Otoriter terhadap Perkembangan Psikososial Anak
     Dampak dari pola asuh otoriter adalah anak menjadi susah bergaul dengan anak lain akibat terlalu banyaknya perintah atau tuntutan dari orang tua mereka. Anak-anak dalam usia 6-12 tahun masih senang dengan bermain serta menemukan hal-hal baru. Mereka akan mencoba melakukan pekerjaan rumah tangga, bermain setiap olahraga yang, membaca-baca buku, dan mencari tahu tentang apapun yang mereka temukan (“Memahami perkembangan psikososial anak”, 2014). Namun, hal tersebut banyak yang tidak bisa dirasakan oleh anak-anaknya karena orangtua yang banyak memaksa anaknya untuk melakukan setiap perintah yang ia katakana. Mereka tidak segan-segan untuk mehukum anaknya jika tidak menjalani setiap perintahnya.
     Orangtua banyak memaksa anaknya untuk mencapai apa yang ia inginkan tanpa memikirkan bagaimana caranya. Sehingga anak-anak menggunakan cara-cara yang tidak baik untuk mencapainya. Padahal, keberhasilan dicapai dengan kerja keras dan terdapat tahapan serta prosesnya (Susana et al., 2006, h. 71). 
   
Simpulan
     Seperti yang dibahas dalam pembahasan di atas. Dapat dilihat bahwa dampak negatif dari pengasuhan dengan sistem otoriter lebih banyak dari pada hal positifnya. Banyak dampak negatif yang dapat diberikan oleh pengasuhan dengan tipe otoriter.
     Hal-hal tersebut tentu mengganggu perkembangan psikososial anak usia 6-12 tahun. Anak-anak menjadi susah untuk bersosialisasi dengan orang lain karena banyaknya paksaan atau tekanan yang diberikan oleh orangtuanya. Akibatnya, anak menjadi susah untuk berkembang dengan baik dan membuatnya susah untuk berbicara dengan orang lain.
    
Saran
      Sebaiknya, orangtua memberikan keleluasaan bagi anaknya untuk memilih apa yang ia inginkan. Fungsi orangtua sebagai pengawas dan pembimbing untuk anak itu menentukan pilihannya. Agar setiap anak dapat meraih cita-citanya dan menggunakan setiap aspek kemampuannya dengan maksimal.

Daftar Pustaka

Baraja, A (2005). Psikologi perkembangan: Tahapan-tahapan & aspek-apeknya.Jakarta: Studia Press.
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. (1995). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga.Jakarta: Gunung Mulia.
King, L. A. (2014). The science of psychology: An appreciative view (3th ed.). New York, NY: McGraw Hill.
Memahami perkembangan psikososial anak (2014). Diunduh dari http://www.kancilku.com/Ind/index.php?option=com_content&task=view&id=397
Santoso, M. V., Anjani, N. D., Fadila, B. R., Faizah, Roosyida, dan Tiananda, M. (2014). Perkembangan sosial dan emosi anak usia 7-11 tahun (psikologi perkembangan). Diunduh dari   http://www.slideshare.net/atone_lotus/perkembangan-sosial-dan-emosi-anak-usia-711-tahun-psikologi-perkembangan
Susana, T., Arini, T. A., Wanei, G. K., Adiyanti, Gamayanti, I. L., Hidajat, L. L., Widyastuti, V. (2006). Konsep diri positif, menentukan prestasi anak. Yogyakarta: Kanisius.
Yusuf, S. (2000). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar