Jumat, 28 Maret 2014

Tak Kenal Maka Tak Sayang (Rismauli Pratiwi Hutahaean)


Sering mendengar pepatah itu? Yah, bagaimana mungkin anda dapat mengetahui diri seseorang jika anda sendiri tidak kenal dengan dia dan anda tidak mengetahui dia siapa.  Pasti kita hanya diam saja atau bahkan kita akan menjauh darinya. Contohnya jika kita pertama kali masuk disekolah yang baru dan tiba-tiba ada yang mengajak kita ngborol, pasti dia akan memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada kita baru selanjutnya akan membahas topik yang lainnya. Itupun yang dibicarakan pasti bukan masalah yang bersifat pribadi, paling tidak seputar alasan memilih sekolah yang sekarang dan dulunya berasal dari sekolah mana. Tidak mudah untuk mengobrol dengan orang asing, apalagi orang tersebut baru pertama kali dijumpai. Pasti kita tidak mudah percaya dengan orang tersebut kan?

Saya membawa topik ini karena berhubungan dengan pembahasan mengenai mata kuliah teknik wawancara pada hari Kamis, 20 Maret 2014.. Ini adalah tentang Social History.. Namanya juga history, setiap orang punya cerita dan punya kisah. Baik dan buruk itu semua adalah perjalanan yang ada didalam kehidupan, itu adalah kisah kita sendiri. Yang baik akan kita simpan dan yang buruk kita buang jauh-jauh. Tapi, bagaimanapun dan seberapa buruknya itu, pengalaman buruk itu jugalah yang memberikan warna-warni dalam kehidupan kita. Kita jadi dapat memetik suatu hal bahwa tidak semuanya didunia ini baik dan tidak semua orang dapat menjadi guru dalam hidup kita. Karena guru yang sebenarnya untuk diri kita adalah pengalaman kita itu sendiri. itu adalah guru yang utama.




Ingatlah bahwa masalah yang saat ini dihadapi oleh klien tidak hanya disebabkan oleh faktor bawaan (nature) namun juga oleh faktor lingkungan (nurture)”. Sama seperti hubungan antara psikolog dengan kliennya. Seorang psikolog harus membangun rapport terlebih dahulu dengan klien, membangun suatu hubungan, mencari identitas mengenai diri klien dan latar belakangnya seperti apa. Tidak semua masalah yang terjadi disebabkan oleh diri sendiri, semua pasti ada sebab akibat, bisa saja karena lingkungan yang buruk yang mengubah sikap dan prilakunya. Contohnya saja ketika kita punya teman yang terkenal sangat nakal disekolah. Ketika dia tiba-tiba menceritakan masalahnya kepada kita, kita jangan langsung menjudgement dia. kita harus pegang satu kunci bahwa dia percaya sama kita dan dia percaya bahwa kita dapat membantu dia. Kita harus cari tahu dulu asalannya melakukan itu. Ternyata setelah diselidiki, dia menjambak rambut temannya karena temannya tidak mau menemaninya kekantin. Mamanya juga selalu bersikap demikian ketika anaknya tidak mau menuruti kemauan ibunya. Kadang juga rambutnya juga suka diseret kelantai kalau mamanya sedang marah besar secara tiba-tiba. Dia merasa dengan menjambak rambut temannya adalah hal yang biasa, karena dia setiap hari juga mengalami hal seperti itu. Padahal itu tidak baik dan sangat buruk. Maka, kita harus kasih pandangan padanya bahwa itu tidak baik dan tidak seharusnya dia melakukan itu. Kita harus bantu dia membuka mata hatinya dan memberikan solusi yang terbaik itu seperti apa.

      


Terkadang kita juga hanya melihat seseorang dari covernya saja, padahal isi didalamnya tidak seburuk dengan yang ada diluarnya. Melihat gaya berpakaian orang yang berantakan, kita langsung memberikan pandangan negatif dan tidak mau berteman dengannya. Padahal, bisa saja gaya pakaian dia memang seperti itu, dia orang yang terlalu cuek dengan pakaiannya. Kita juga terkadang sepele dengan apa yang diajarkan dan yang diberikan oleh orangtua kita, namun jika itu memang buruk, itu akan berdampak sangat besar untuk kehidupan kita. Terlebih ketika kita sedang dinasehati oleh Mama kita karena kita sedang berpacaran. Mungkin saja mama kita melihat cara dan gaya berpacaran yang kita lakukan salah. Oleh sebab itu, kita harus mengenalkan pacar kita pada orangtua kita agar mereka juga mengetahui latar belakang pacar kita dan mereka juga tidak terlalu khawatir. Kita harus beritahu kita ngapain saja dan ketika kita mulai curiga mengenai sikap pacar kita, kita bisa cerita ke orangtua juga, terlebih mama. Siapa tau mama kita memberikan pandangan dan bisa menceritakan pengalaman masa berpacaran juga kepada kita.

Sebelum kita menanyakan masalah yang dihadapi, ada baiknya kita memberikan dia waktu untuk menceritakan mengenai dirinya. selanjutnya kita bisa bertanya mengenai kehidupannya. Apakah dia sudah menikah? Jika tidak, apakah dia punya pacar? seberapa baikkah hubungannya dengan pacarnya. Bagaimana sikap pacarnya terhadapnya dan bagaimana sikap dirinya sendiri dengan pacar, sudah berapa lama berhubungan, apakah sering ada masalah atau tidak. Selanjutnya, kita akan menanyakan bagaimana hubungannya dengan keluarganya. Apakah didalam keluarganya ada yang mempunyai gangguan mental. Seberapa besar andil keluarga dalam kehidupannya. Ketika sudah mengetahui latar belakang dan identitasnya, kita akan mengetahui alasan perbuatannya melakukan seperti itu.

Tidak berhenti sampai disana, kita juga harus melihat dari faktor lainnya juga. kita bisa menanyakan seputar pendidikannya dia disekolah. Seperti apa hubungan dia dengan temannya, orang-orang yang ada didekatnya, dan disekitarnya. Apakah dia orang yang mudah dekat dengan oranglain atau malah orang yang sangat tertutup, tidak mudah berkenalan dengan orang asing. Tidak salah juga untuk menanyakan apakah sebelumnya dia sudah pernah ketempat psikolog atau psikiater. Siapa tau sebelumnya dia pernah pergi ke psikolog/psikiater. Itu akan membantu kita untuk melihat diagnosa sebelumnya, yang pernah diberikan oleh psikolog. Jangan salah juga, siapa tau ada psikiater yang salah memberikan diagnosa, sehingga dia memberikan obat yang salah juga, atau bahkan dia memberikan obat dalam dosis yang sangat tinggi. Sehingga, itu yang mempengaruhi perkembangannya sampai sekarang.
Contohnya, saat kita mengetahui klien kita hanya tamatan SD dan berasal dari suatu budaya batak. Maka kita harus memaklumi suaranya, kita juga menggunakan bahasa yang biasa, yang tidak ambigu dan tidak terlalu formal, agar dapat memudahkannya untuk mengerti apa yang kita dan sampaikan dan dia dapat nyaman saat bercerita dengan kita. Namun, ada juga beberapa orang yang tidak langsung menceritakan mengenai masalah pribadinya pada kita. Kita tidak harus memaksanya dan jangan sesekali memaksanya. Kita sendiri tidak mudah untuk percaya dengan orang kan? Terkadang apa yang dikatakan oleh teman kita sendiri kita juga bisa ragu, kan? Pasti ada saatnya juga kita ragu mengenai yang diceritakan oleh teman kita, dia jujur gak sih?. Kejanggalan itu juga pasti ada, makanya kelak menjadi seorang psikolog, apalagi saat kita hendak mewawancarai klien, kita harus banyak menggali mengenai diri klien kita dan harus memperhatikan dengan serius setiap hal yang diucapkan oleh klien. Barangkali, ada suatu kata kunci yang bisa kita pakai saat dia menceritakan mengenai masalahnya.


Seperti pepatah yang mengatakan bahwa:

"Hidup ini kamu yg menjalani, kamu adalah penulis kisah hidupmu. Jangan biarkan orang lain yg menentukannya."
"Kita lahir dengan dua mata di depan wajah kita, kita tidak boleh selalu melihat ke belakang, tapi pandanglah semua itu ke depan, pandanglah masa depan kita."
"Jangan takut akan perubahan, kita mungkin kehilangan sesuatu yang baik, namun kita akan peroleh sesuatu yang lebih baik lagi."
"Jangan terpuruk ketika kamu tengah berada dalam situasi terburuk, Tuhan memberikannya padamu, karena Dia ingin kamu lebih kuat dari sebelumnya."

26 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar